Terkenang Nyonya Rissa: Tentang Bacaan-Bacaan Buruk dan Pengalaman Menyenangkan Lainnya
Blog post description.
BOOKS


Judul: Terkenang Nyonya Rissa: Tentang Bacaan-Bacaan Buruk dan Pengalaman Menyenangkan Lainnya
Mahfud Ikhwan
Editor: Soni Triantoro
Cover: Bambang Nurdiansyah
Cetakan pertama, Oktober 2025
ISBN -
iv+181 halaman | 13 x 19 cm
Harga: 80.000
Sinopsis
Teringat Nyonya Rissa dan Dosa-dosa Manis Lainnya bukan sekadar kumpulan esai, melainkan potret keintiman seorang penulis dengan masa kecil, bacaan, dan kebudayaan populer yang membentuknya. Dengan gaya naratif yang jenaka dan reflektif, Mahfud Ikhwan membawa kita menelusuri aroma minyak tanah dari lampu teplok, suara sandiwara radio di malam hari, sampai bau kertas buku bajakan yang tetap menyala di ingatan.
Bacaan ini adalah nostalgia yang cerdas: menghibur, menyentil, sekaligus membuat kita rindu pada masa ketika membaca adalah kegiatan yang paling serius sekaligus paling sederhana.
Membaca Terkenang Nyonya Rissa: Tentang Bacaan-Bacaan Buruk dan Pengalaman Menyenangkan Lainnya adalah seperti menelusuri kembali masa ketika membaca bukan sekadar kegiatan intelektual, melainkan pengalaman yang hidup—penuh aroma, suara, dan emosi. Di tangan Mahfud Ikhwan, setiap ingatan kecil menjadi narasi yang tajam dan memikat. Ia menulis dengan ketenangan seorang pendongeng kampung, namun juga dengan kecerdasan seorang pengamat kebudayaan yang memahami betul betapa bacaan, sepakbola, dan sandiwara radio membentuk imajinasi kita sebagai bangsa.
Esai-esai dalam buku ini memadukan humor, nostalgia, dan refleksi dengan cara yang nyaris tak mungkin ditiru. Dari kisah bocah yang iri pada teman yang punya buku ajar Ganeca, hingga renungan jenaka tentang jenis-jenis kakus dan sandiwara radio legendaris Tutur Tinular, Mahfud mengajak kita tertawa—lalu diam sejenak, merenungi betapa literasi dan kehidupan saling memantulkan bayangannya.
Buku ini bukan hanya tentang kenangan pribadi seorang penulis, tapi juga tentang sejarah kecil kebudayaan membaca di Indonesia. Tentang bagaimana buku-buku bajakan, radio, dan koran bekas membentuk generasi yang tumbuh dengan imajinasi yang keras kepala. Tentang bagaimana dunia yang sederhana bisa melahirkan kepekaan yang cemerlang.
Seperti esai-esai terbaik, tulisan-tulisan Mahfud Ikhwan tidak hanya ingin dipahami, tapi juga dirasakan. Ia menulis dengan mata seorang pembaca, lidah seorang pencerita, dan hati seorang yang tak pernah berhenti bersyukur telah menemukan dunia lewat huruf-huruf.
Terkenang Nyonya Rissa: Tentang Bacaan-Bacaan Buruk dan Pengalaman Menyenangkan Lainnya adalah pengingat betapa pentingnya membaca dengan gembira, menulis dengan jujur, dan mengenang dengan kasih—bahkan untuk hal-hal yang tampak sepele dan lucu. Karena di sanalah, kata Mahfud dengan caranya yang bersahaja, letak dari semua yang kita sebut sebagai “hidup.”
